Jumat, 27 Januari 2012

“Investment Grade” Peluang dan Tantangan



oleh:Nardi Lubis

                Baru-baru ini dua dari tiga lembaga  pemeringkat utang level dunia memberikan status  “Layak Investasi” /”investment Grade” untuk Indonesia yakni Fitch Ratings dan Moody’s Investors Service sementara satu lembaga pemeringkatlevel dunia lainya Standard and Poor’s belum memberikan opini, dengan demikian perbedaan opini apakah Indonesia layak investasi atau tidak sudah terjawab.Fitch Ratings menaikkan peringkat utang Indonesia untuk utang jangka panjang valuta asing dari BB+ menjadi BBB- dengan prediksi stabil yang artinya status perekonomian Indonesia dalam kondisi yang layak investasi.Dalam waktu yang tidak jauh  Moody’s Investors Service juga menaikkan peringkat utang Indonesia dari Bal menjadi Baa3 dengan predisksi stabil (stable outlook).Kedua lembaga pemeringkat utang Fitch dan Moody tersebut memberikan opini dan penilaian yang sama untuk Indonesia.Status ini memosisikan Indonesia semakin menarik sebagai salah satu tujuan investasi dunia.
                Apresiasi yang diberikan kedua lembaga pemeringkat utang tersebut membawa berkah dan harapan bagi Indonesia.Bagaimana tidak, kondisi perekonomian global yang sedang berada dalam kondisi ketidakpastian yang diikuti oleh penurunan peringkat utang seperti beberapa Negara di Eropa dan Amerika , sebaliknya  Indonesia justru mendapat peringkat layak investasi , hal ini dikarenakan oleh kondisi makroekonomi Indonesia yang cukup stabil dan mampu bertahan dari goncangan ekonomi global, kondisi ini juga disertai dengan tingginya penanaman modal di Indonesia antara tahun 2010-2011 meningkat 20,5 persen dengan tingkat pencapaian sebesar Rp 251,3 triliun yang terdiri dari Rp 76 triliun dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Rp 175, 3 triliun dari Penanaman Modal Asing (PMA) , ekspektasi inflasi yang berada dalam kondisi yang stabil dan normal, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat terhadap guncangan eksternal yang disokong oleh sector rill, kebijakan dan instrument moneter mampu menahan kondisi rupiah yang stabil  dan perbankan yang sehat yang mampu mengatasi persoalan internal dan eksternal perbankan.
                Status layak investasi yang diemban Indonesia semakin menambah pekerjaan rumah bagi Indonesia sendiri.Agar status layak investasi ini berbuah nyata dengan harapan peningkatan arus investasi asing langsung meningkat, maka koreksi diri perlu dilakukan oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia, mulai dari pemerintah, pengusaha, pekerja, hingga tokoh politik.Koreksi diri yang menyangkut permasalahan yang menyebabkan pihak asing enggan berinvestasi di Indonesia, kondisi infrastruktur yang masih jauh dari status layak dan terkendala pengadaan lahan yang belum teratasi, kepastian hukum dan peraturan yang masih abu-abu, bahkan pertentangan pemerintah pusat dan daerah, masalah keamanan dan tenaga kerja masih mengganggu, ekonomi biaya tinggi dan korupsi disetiap lini masyarakat dan pemerintah yang masih sangat marak terjadi dan semakin merajalela, pemerintah dan aparat keamanan sepertinya kurang menjalankan tugas yang diembankan.Untuk pemerintah sendiri sebagai pemegang kendali harus semakin focus dalam mendorong dan meningkatkan pembangunan infrastruktur, penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perbaikan birokrasi kepengurusan khususnya harus benar-benar diperhatikan.Berdasarkan kajian Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang baru diselenggarakan di Davos Swiss, yang menyebabkan rusaknya iklim investasi adalah justru birokrasi yang tidak baik di lingkaran pemerintah itu sendiri.Hal ini mnenyangkut soal  inefisiensi birokrasi yang akhirnya memperburuk peraturan –peraturan birokrasi yang berdampak terhadap surutnya minat investor untuk masuk ke Indonesia .Momentum ini juga harus benar-benar dimanfaatkan dan diberdayakan oleh pelaku bisnis  dan kalangan pengusaha di Indonesia dengan peningkatan pojok bisnis agar jaringan kerja sama antar pengusaha dan pelaku bisnis bisa dirintis dan semakin dikembangkan dan ditingkatkan dengan  menggali sumber-sumber ekonomi potensial yang akan akan memberikan nilai tambah terhadap produksi Indonesia.