oleh:Nardi Lubis
Pemerintah
bersama Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembahasan penetapan anggaran untuk BBM (Bahan
Bakar Minyak) sudah ditetapkan, dimana dalam APBN 2012 tersebut pemerintah akan
mengurangi subsidi terhadap BBM sebagaimana yang telah diatur dan ditetapkan
dalam Undang-Undang APBN 2012 (UU No 22/2011) dan kebijakan tersebut akan mulai
dilakukan pada awal April nanti.
Sejak awal tahun
ini pemerintah telah gencar mengemukakan rencana pembatasan pemakaian BBM untuk
mobil pelat hitam yang akan dimulai untuk daerah Jawa dan Bali pada tanggal 1
April nanti, dan penggunaan premium hanya untuk kendaraan roda dua, angkutan
umum, serta mobil operasional untuk usaha kecil, mikro dan menengah.Namun tidak
menutup kemungkinan untuk merubah kebijakan tersebut dengan melihat kondisi
yang akan terjadi dan juga pertimbangan persiapan yang akan direncanakan.
Pembatasan subsidi
yang dicanangkan pemerintah kemudian akan diganti oleh BBG (Bahan Bakar Gas).Opsi
tersebut dinilai oleh pemerintah sebagai opsi yang paling strategis dan harganya
yang lebih terjangkau dan juga ramah
lingkungan.Namun apakah kebijakan tersebut searah dengan kapasitas dan
kemampuan masyarakat?.Menurut survey dan jejak pendapat yang dilakukan oleh
salah satu surat kabar nasional terhadap opsi yang kan dipilih oleh masyarakat
terkait kebijakan yang kan dilakukan oleh pemerintah.Ada bebrapa golongan
masyarakat yang memberikan pendapat yakni pengguna alat transportasi
bus/angkot, kereta api, mobil, sepeda motor, sepeda/pejalan kaki dan lainya.Hasilnya
adalah 43% responden pengendara angkot/bus lebih memilih tetap menggunakan
premium tetapi jumlah dibatasi, 17% memilih beralih ke pertamax, 13,2% memilih
beralih ke jenis BBG, 14,2% memilih harga premium dinaikkan dan sisanya
menjawab tidak tahu.Untuk kereta api, 28,6% responden meilih membatasi
pemakaian premium, 14,3% beralih ke pertamax, 14,3% memilih beralih ke jenis
BBG, 42,9% memilih harga premium dinaikkan.Untuk pengguna transportasi mobil
18,1% memilih pembatasan pemakaian premium, 14,6% beralih ke pertamax, 8,8%
beralih ke jenis BBG, 51,3% memilih harga premium dinaikkan, dan 7,2% menjawab
tidak tahu.pengguna transportasi sepeda motor 33,6% memilih pembatasan
pemakaian premium, 16,8% memilih beralih ke pertamax, 30,9% memilih harga
premium dinaikkan dan 10,4% menjawab tidak tahu.Dan utnuk pejalan kaki/sepeda
dan pengguna alat transportasi lainya 22,2% memilih pemakaian premium dibatasi,
22,2% memilih beralih ke pertamax, 11.1% memilih beralih ke penggunaan BBG,
22,2% memilih harga premium dinaikkan.dan sisanya menjawab tidak tahu.
Dari survey
tersebut dapat dilihat bahwa apa yang diharapkan oleh pemerintah untuk beralih
ke BBG sangat tidak sejalan dan tidak relevan dengan apa yang diketahui oleh
masyarakat.Dari opsi kebijakan yang ditawarkan jawaban paling sedikit adalah
masyarakat yang memilih konversi premium kie BBG.Untuk kebijakan konversi dari
BBM ke BBG tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, khususnya
pemerintah sebagai pemegang kendali, sebagai pembuat kebijakan harus
benar-benar mempersiapkan masyarakat untuk benar-benar siap menggunakan BBG
dalam hal ini penyediaan converter BBG yang aman dan nyaman dan tidak terlalu
memberatkan masayarakat dari segi biaya , karena banyak masyarakat memberikan
alasan bahwa yang menjadi kendala adalah harga konverter yang belum terjangkau
oleh masyarakat yaitu sekitar 7 s/d 14jt.Selain itu Masih saja ada sesuatu yang
mengganjal masyarakat untuk berpindah ke BBG yaitu masih langkanya Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Gas (SPBBG) yang tentunya menjadi kendala untuk mendapatkan BBG
nantinya, bahkan sosialisasi dari pemerintah juga dinilai masih sangat kurang.Jadi
kita tunggu saja bagaimana pemerintah mensiasati kebijakan yang sudah
direncanakan, apakah akan tetap memilih opsi yang sudah direncanakan dalam APBN
2012 dengan persiapan yang masih minim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar