PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN EKSPOR
OLEH: NARDI LUBIS
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah
satu tolok ukur keberhasilan perekonomian suatu Negara pada era ini.Tidak dapat
dipungkiri juga kesejahteraan suatu Negara hanya dapat diukur dari seberapa
besar sebuah Negara mampu menciptakan perekonomian yang semakin bertumbuh
dengan baik.Indonesia sebagai Negara yang sedang membangun tidak terlepas dari
kondisi ini, banyak yang ditargetkan oleh masyarakat khususnya pemerintah untuk
menciptakan perekonomian yang matang baik itu yang bersinergi dari internal
maupun eksternal.
Indicator-indikator keberhasilan
perekonomian Indonesia salah satunya
dapat dilihat dari sisi fundamental ekonomi makro seperti tingkat pengangguran,
inflasi, bahkan pertumbuhan ekonomi sendiri dari GDP dan juga factor-faktor
lainya.
Perdagangan internasional juga
merupakan salah satu factor penting yang memberikan kontribusi langsung maupun
tidak langsung dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, melalui
perdagangan internasional terjalin hubungan yang bisa saling mempengaruhi antar
satu Negara dengan Negara lainya dengan kebutuhan masing-masing Negara dan juga
dengan target keuntungan yang akan didapatkan dari kerjasama yang
dilakukan.Perdagangan yang dilakukan tersebut sering dikatakan proses pertukaran
barang dan jasa oleh suatu Negara dengan Negara lain dalam memenuhi kebutuhan
dalam negeri ataupun hanya untuk mencari keuntungan semata.Proses tersebut
lazim disebut sebagai Ekspor-Impor
Nilai total ekspor bulan Mei 2011
mencapai 18,33 miliar dollar AS. Nilai tersebut merupakan rekor yang tertinggi
sepanjang sejarah ekspor Indonesia.Bahwa ini rekor terbaru bagi sejarah ekspor
kita. Jadi ini adalah capaian tertinggi selama ini untuk ekspor Indonesia.Pencapaian
ekspor bulan ini, memecahkan rekor yang pernah dicapai pada Desember 2010
sebesar 16,83 miliar dollar AS. Berdasarkan year
on year, nilai
ekspor bulan ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 45,29 persen.
Pada bulan Mei tahun lalu, ekspor hanya mencapai 12,62 miliar dollar AS.
Sementara itu, berdasarkan sektor, ekspor migas mengalami kenaikan sebesar
13,33 persen dari bulan April 2011 , menjadi 4,1 miliar dollar AS. Kenaikan ini
lebih tinggi ketimbang ekspor non-migas dengan persentase sebesar 10,03 persen,
menjadi 14,42 miliar dollar AS pada Mei 2011.
Pada ekspor non-migas, peningkatan
terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati dengan nilai
665 ,8 juta dollar AS dari April 2011 . Bahan bakar mineral menempati
peningkatan terbesar kedua dengan nilai 511 ,1 juta dollar AS. Secara
kumulatif, nilai total ekspor Indonesia selama Januari-Mei 2011 , telah
mencapai 80,28 miliar dollar AS. Angka tersebut meningkat 33,37 persen dari
periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan ekspor non-migas masih mendominasi
total ekspor sebesar 64,25 miliar dollar AS. Untuk tujuan ekspor non-migas,
China menempati posisi pertama dengan nilai mencapai 1,81 miliar dollar AS.
Disusul Jepang (1,53 miliar dollar AS) dan Amerika Serikat (1,32 miliar dollar
AS). Kontribusi ketiga negara tersebut mencapai 32,75 persen dari total ekspor
Indonesia pada Mei 2011 (Kompas Mei,
2011).
Dari perkembangan ekspor
Indonesia dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami kemajuan yang
cukup signifikan, demikian pula halnya dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin
mapan kemungkinan untuk dapat meningkatkan ekspor semakin menjanjikan dan akan
terjadi peluang-peluang yang sinergis untuk membangun perekonomian Indonesia Presdien
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan ke-4 2011 mencapai 6,5 persen, dan Indonesia telah berhasil
mewujudkan target pertumbuhan sepanjang tahun 2011 yang sebesar 6,5 persen. Di
saat ekonomi dunia melamban, prestasi ekonomi Indonesia sangat menarik
perhatian.
Target
pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tercapai berkat faktor ekspor, konsumsi, dan
investasi. Pada tahun 2011, volume ekspor Indonesia melebihi US$ 200 miliar,
meyumbang sepertiga GDP. Karena produk ekspor adalah bahan mentah dan SDA,
lemahnya pasar Eropa dan AS tidak menimbulkan dampak serius bagi ekspor
Indonesia. Ekspor ke Tiongkok dan India justru terus menguat. Menurut data Biro
Pusat Stastistik, pada Oktober 2011, untuk pertama kalinya Indonesia mengalami
surplus dalam perdagangan dengan Tiongkok.
Jumlah
penduduk Inodnesia yang 240 juta menyebabkan besarnya kebutuhan konsumsi di
dalam negeri. Pada tahun 2011, konsumsi domestik meningkat 4,7 persen.
Indonesia juga menarik banyak
investor karena kekayaan batu bara, perunggu, nikel, dan minyak sawit. Modal
asing yang diserap pada tahun 2011 mencapai US$ 27,5 miliar, melebihi target
semula yang sebesar US$ 26,4 miliar. Angka inflasi di Indonesia sepanjang tahun
2011 juga tercatat sebesar 3,79 persen, lebih rendah daripada prediksi yang
sebesar 4,5 persen. Karena inflasi terkendali, bank sentral Indonesia sudah dua
kali menurunkan suku bunga agar ekonomi Indonesia tidak terkena dampak
pelemahan ekonomi global. Indeks saham Indonesia juga meningkat sebesar 3,2
persen. Jakarta menjadi salah satu bursa terkuat di dunia, hanya lebih rendah
daripada New York dan Manila. Ini juga memperlihatkan keadaan ekonomi Indonesia
yang semakin membaik.
Bank
Indonesia memprediksikan pertumbunan ekonomi untuk 2012 pada kisaran 6,2 hingga
6,7 persen. BI menyatakan akan terus melakukan intervensi di pasar valas dan
kredit, mendukung kebijakan stimulasi ekonomi pemerintah, serta mencegah
perlambatan pertumbuhan ekonomi. Menteri. Pemerintah Indonesia memasang target
ekspor 2012 sebesar US$ 130 miliar.
1.2.Perumusan Masalah
Sebagaimana
telah diuraikan dalam latar belakang diatas, maka pokok masalah yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ANALISIS KAUSALITAS ANTAR EKSPOR DENGAN
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA”
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah
diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ” ANALISIS
KAUSALITAS ANATAR EKSPOR DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA”
1.4.Tujuan dan Manfaat
Untuk mengetahui pengaruh antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di
Indonesia dalam periode 1971-2010.
1.5.Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai :
1.
Suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang
diperoleh diperkuliahan kedalam praktek yang sesungguhnya.
2.
Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan
bagi mahasiswa/mahasiswi Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan
penelitian selanjutnya.
3.
Memberikan
masukan bagi pemerintah dalam menjaga dan meningkatkan Pertumbuhan
ekonomi dan eksPor di Indonesia.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.PERTUMBUHAN
EKONOMI
A.Pengertian
Pertumbuhan ekonomi adalah proses
dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional
riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi
pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa
pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan
ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang
B. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi
Dalam zaman ahli ekonomi klasik,
seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang berjudul An Inguiry into the
Nature and Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab berlakunya
pertumbuhan ekonomidan factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam
Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart
Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi
· Teori Inovasi Schum Peter
Pada teori ini menekankan pada
faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi
kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
· Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan
natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga
kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan
berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat
laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural
dikalikan dengan nisbah kapital-output.
·
Model
Input-Output Leontief.
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran
dan hubungan antarindustri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan
pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui
gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur
dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan
tak berubah .
· Model Pertumbuhan Lewis
Model ini merupakan model yang khusus menerangkan
kasus negar sedang berkembang banyak(padat)penduduknya.Tekanannya adalah pada
perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis
industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
· Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model ini menekankan tinjauannya pada sejarah
tahp-tahap pertumbuhan ekonomi serta ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap
tersebut adalah tahap masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas,
tahap lepas landas, ahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap
konsimsi tinggi.
2.2.EKSPOR
Ekspor adalah proses transportasi barang
atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala
bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat
internasional. Strategi ekspor digunakan karena risiko lebih rendah, modal
lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya. Strategi
lainnya misalnya franchise dan akuisisi.
Kegiatan
ekspor terbagi menjadi 2, yaitu:
A.Ekspor langsung
Ekspor langsung adalah cara menjual
barang atau jasa melalui perantara/ eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan
dilakukan melalui distributor dan perwakilan penjualan perusahaan. Keuntungannya,
produksi terpusat di negara asal dan kontrol terhadap distribusi lebih baik.
Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala besar
dan adanya hambatan perdagangan serta proteksionisme.
B.Ekspor tidak langsung
Ekspor tidak langsung adalah teknik
dimana barang dijual melalui perantara/eksportir negara asal kemudian dijual oleh perantara tersebut. Melalui, perusahaan
manajemen ekspor ( export management companies ) dan perusahaan
pengekspor ( export trading companies ). Kelebihannya, sumber daya
produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara langsung.
Kelemahannya, kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap
operasi di negara lain kurang. Umumnya, industri jasa menggunakan ekspor langsung sedangkan industri manufaktur menggunakan keduanya.
C.Tahap-tahap Ekspor
Dalam perencanaan ekspor perlu dilakukan berbagai persiapan,
berikut ini 4 langkah persiapannya:
- Identifikasi pasar yang potensial
- Penyesuaian antara kebutuhan pasar dengan kemampuan, SWOT analisis
- Melakukan Pertemuan, dengan eksportir, agen, dll
- Alokasi sumber daya.
D.Komoditi ekspor Indonesia
Sepuluh komoditi ekspor utama
Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), produk
hasil hutan, elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, otomotif, alas kaki, udang, kakao dan kopi. Namun, pasar internasional semakin kompetitif sehingga
sepuluh komoditas ekpor utama Indonesia terdiversifikasi. Komoditas lainnya, yaitu makanan olahan, perhiasan, ikan dan produk ikan, kerajinan dan rempah-rempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis, minyak
atsiri, peralatan
kantor dan tanaman obat.
2.3.STUDI EMPIRIS
Menurut
Anatasia Widhia K.W Debat mengenai peranan ekspor
dalam pembangunan ekonomi sudah tampak sejak tahun 1950an. Dalam teori ekonomi
makro (macro-economic theory), hubungan antara ekspor dengan pertumbuhan
ekonomi dan atau pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena
ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Tetapi, dalam teori
ekonomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut merupakan kasus khusus
yang menarik untuk dibahas terutama dalam dataran empiris. Dalam perspektif teori
ekonomi pembangunan masalah hubungan kedua variabel tersebut tidak tertuju pada
masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan lebih tertuju pada masalah,
apakah ekspor bagi suatu Negara akan membuahkan kesejahteraan (kemakmuran) atau
malah membawa kesengsaraan bagi negara? Tujuan dari penelitian yang berjudul
“Analisis Kausalitas Pertumbuhan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Dengan Pendekatan FPE (Final Prediction Error)” ini adalah: Pertama,
mengetahui pengaruh variabel ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi dan
sebaliknya; Kedua, untuk mengetahui kesalahan prediksi akhir dengan keberadaan
hubungan ekuilibrium jangka panjang antara ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi.Untuk menguji hipotesis, digunakan Uji Kausalitas Granger dan Uji FPE
(Final Prediction Error). Sebelumnya, dilakukan uji stasioneritas yaitu uji
akar-akar unit dan uji derajad integrasi. Didapatkan hasil semua data sudah
stasioner pada ordo nol pada tingkat level maupun derajad integrasi satu.Hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan kausalitas satu arah antara pertumbuhan
ekonomi dengan tingkat ekspor riil. Tingginya tingkat pendapatan riil Indonesia
selama periode penelitian tidak disebabkan oleh tingginya ekspor riil, namun
justru sebaliknya, meningkatnya tingkat pendapatan nasional riil (pertumbuhan
ekonomi) mendorong ekspor. Berdasarkan analisa dapat disimpulkan bahwa ekspor
secara keseluruhan dipandang dari kacamata ekonomi nasional tidak efisien dalam
menopang pembangunan ekonomi Indonesia. Analisis ini juga mendukung hipotesis
pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor, yaitu teori yang dikemukakan oleh
Gregory N. Mankiw yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam negeri
merupakan variabel yang besar kecilnya dapat dikendalikan, sedangkan ekspor
merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan (Hipothesis Internally
Generated Export) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
disarankan: Pertama, adanya penyusunan strategi kebijakan ekspor di Indonesia.
Kedua, Memperkuat basis-basis perekonomian nasional dengan studi empirisyang
komprehensif.
Hasil
penelitian Salamo dan Hutabarat (2007), menunjukkan dalam jangka panjang
ekspor, impor, nilai tukar riil, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Berdasarkan temuan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah mesin pertumbuhan ekonomi
atau “Export Led Growth”, nilai tukar riil adalah salah
satu faktor daya saing.
Tenaga kerja adalah faktor
produksi yang dominan pada perekonomian Indonesia.Hasil penelitian ini
mendukung temuan Naomi Oiconta (2006) dengan menggunakan data GDP dan ekspor
agregat Indonesia, tahun 1980 sampai
METODOLOGI
PENELETIAN
3.1.Ruang lingkup
Ruang lingkup pembahasan ini adalah
meliputi pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Indonesia dari tahun 1971-2010.
3.2.Jenis dan
Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan jenis data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 1971-2010. Sumber data berasal dari
badan pusat statistik (BPS) dan sumber-sumber lainnya yang terkait dengan
penelitian ini.
C.Pengolahan data
Dalam penulisan ini menggunakan program E-views
dalam pengolahan datanya.
3.3.Metode Analisis
Data
a.Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration test dan Granger Causality Test. Analisis
Cointegration test (Johansen test) adalah untuk melihat hubungan Pertumbuhan
Ekonomi dan ekspor dalam
jangka panjang. Sedangkan analisis Granger Causality test untuk melihat
hubungan timbal balik (causal) antara Pertumbuhan Ekonomi dan ekspor di Indonesia.
Sebelum
dilakukan estimasi terhadap metode
Cointegration test dan Granger Causality test t, maka terlebih dahulu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Uji
Akar Unit (Unit Root Test)
Uji akar unit dari dickey
Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasioneritas data time
series yang diteliti dengan menggunakan Eviews versi 5. Adapun dari uji
Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut :
DYt
= a0 + Yt-1 + iDYt-1+1 + t (3.1)
Sedangkan untuk uji Phillip-Perron (PP) adalah :
DYt
= at + Yt-1 + t (3.2)
Dimana :
D = perbedaan atau
differensi
Y = variabel yang
diamati pada tingkat periode tertentu
= operasi kelambanan waktu
Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null = 0 untuk ADF dan = 1 untuk PP. Stasioner tidaknya data
didasarkan pada perbandingan nilai statistik ADF dan PP yang diperoleh dari
nilai t hitung koefisien dan dengan nilai kritis statistik dari Mackinnon
maka data tersebut stasioner dan sebaliknya maka data tidak stasioner.
- Uji kointegrasi (Cointegration Test)
Uji kointegrasi bertujuan untuk
mengetahui hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor di Indonesia dengan menggunakan Johansen test. Untuk menentukan jumlah arah kointegrasi tersebut
maka Johansen menyarankan untuk melakukan dua uji statistik.
Uji
statistik pertama adalah uji trace (Trace test,
trace) yaitu menguji hipotesis nol
(null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi adalah
kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai berikut :
trace(r)
= -T (3.3)
Dimana
r+1,.
. ., n
adalah nilai egeinvectors terkecil
(p-r). Null hypothesis yang disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama
dengan banyaknya r. Dengan kata lain, jumlah vektor kointegrasi lebih kecil
atau sama dengan r, dimana (r = 0,1,2 dan seterusnya).
Untuk uji statistik yang kedua
adalah uji maksimum eigenvalue (max)
yang dilakukan dengan formula sebagai berikut :
max
(r, r+1) = -T in (1-r+1)
(3.4)
Uji berdasarkan pada uji null
hypothesis bahwa terdapat r dari vektor kointegrasi yang berlawanan (r+1)
dengan vektor kointegrasi. Untuk melihat hubungan kointegrasi tersebut maka
dapat dilihat dari besarnya nilai Trace statistic dan Max-Eigen statistik
dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat kepercayaan 5 persen.
3. Uji
Granger Causality
Pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas antara Pertumbuhan
Ekonomi dan Ekspor
di Indonesia, sehingga dapat diketahui kedua
variabel tersebut secara statistik saling mempengaruhi (hubungan dua arah),
memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak saling mempengaruhi. Berikut
ini metode Granger Causality Test
seperti berikut ini:
PEt = iPEt-i + jEKSt-j + t (3.5)
EKSt = iEKSt-i + jPEt-j + vt (3.6)
Dimana :
PE = Pertumbuhan Ekonomi (%)
Eks = Ekspor(Miliar)
, v = error of
term
Dimana t dan vt adalah error
terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi parsial dan m = n = r = s.
Berdasarkan hasil regresi linear diatas akan menghasilkan empat kemungkinan
mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaann adalah sebagai
berikut :
1. Jika j 0 dan j = 0
Maka terdapat
kausalitas satu arah dari PE ke EKS
2. Jika j = 0 dan j 0
Maka
terdapat kausalitas satu arah dari EKS
ke PE.
3. Jika j 0 dan j = 0
Maka PE
dan EKS bebas antara satu dengan yang
lainnya.
4. Jika j 0 dan j 0
Maka
terdapat kausalitas dua arah antara PE ke EKS
3.4.Defenisi
Oerasional
1.Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan
faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
2.Eksor adalah proses
tukar menukar barang dan jasa antar Negara yang satu dengan Negara lain dengan
tujuan tertentu dan kesepakatan bersama.
B A B
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Uji
stasioner ini digunakan
untuk mengetahui apakah data PDRB dan
Inflasi di Sumatera utara
stasioner atau tidak. Pengujian
yang dikembangkan oleh Dickey Fuller ini dilakukan untuk menghindari model yang
lancung atau tidak efisien.
Berikut ini
hasil dari uji ADF pada tabel dibawah ini
:
Uji
akar unit
|
|||
Variable
|
Critical
Value
|
ADF
|
Derajat
integrasi
|
PE
|
-4.25879
|
-7.824175
|
1st
difference
|
Ekspor
|
-3.568379
|
-3.774775
|
1st
difference
|
Sumber : Lampiran 2 dan 3
*,**,***
signifikan pada α=
1%, 5%, 10%
Dari tabel diatas dapat dilihat
nilai ADF
statistik untuk kedua variabel tersebut
yaitu Pertumbuhan
Ekonomi dan Ekspor signifikan pada α = 1%, dan α =5%. Hasil ini menunjukkan nilai ADF statistik lebih besar
dari nilai kritisnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data telah
stasioner.
4.2.Uji
Kointegrasi (cointegration test)
Setelah
diketahui bahwa baik data Pertumbuhan
Ekonomi dan Eksor
keduanya stasioner, maka selanjutnya akan diuji apakah ada hubungan
keseimbangan jangka panjang antara dua variabel tersebut dengan menggunakan Johansen test.
Hypothesized
|
Trace
|
0.05
|
||
No. of
CE(s)
|
Eigenvalue
|
Statistic
|
Critical
Value
|
Prob.**
|
None *
|
0.661144
|
49.71359
|
15.49471
|
0.0000
|
At most
1 *
|
0.230050
|
9.672878
|
3.841466
|
0.0019
|
Sumber : Lampiran 4
Dari hasil uji kointegrasi diatas
dapat di lihat bahwa nilai Trace
Statistic lebih besar dari Critical
Value pada = 1 %. Dengan demikian dapat disimpulkan
adanya hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara Pertubuhan
Ekonomi dan
Eksor di Indonesia.
4.3.Uji Kausalitas Granger
(Granger Causality Test)
Uji Granger Causality digunakan untuk melihat hubungan kausalitas antara variabel-variabel yang
diteliti yakni Pertumbuhan
Ekonomi dan Eksor
di Indonesia. Melalui uji ini dapat dilihat apakah kedua
variabel tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi (hubungan dua arah),
memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling
mempengaruhi). Hasil pengujian granger
causality dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Null Hypothesis:
|
Obs
|
F-Statistic
|
Probability
|
DPE does not Granger Cause
DEX
|
37
|
0.10376
|
0.90174
|
DEX does not Granger Cause
DPE
|
0.59526
|
0.55741
|
|
Sumber : Lampiran 5
|
Berdasarkan hasil uji granger causality di atas, tidak terjadi kausalitas timbal balik antara variabel Pertumbuhan ekonomi dengan variable ekspor.
BAB
V
KESIMULAN
DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan
yang kami
lakukan, maka kami dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji akar unit (Unit Root Test) menunjukkan bahwa
variabel yang diteliti, yakni Pertumbuhan Ekonomi sudah stasioner pada derajat
integrasi 1st difference dan
Inflasi sudah stasioner pada derajat
integrasi 1st difference.
2. Berdasarkan uji kointegrasi (Cointegration test), bahwa Pertumbuhan
Ekonomi dan variabel Ekspor di Indonesia mempunyai hubungan keseimbangan dalam
jangka panjang.
3. Berdasarkan Uji Kausalitas
Granger (Granger Causality Test) yang dilakukan pada variabel
Pertumbuhan Ekonomi dan variabel ekspor, menunjukkan tidak adanya hubungan
saling mempengaruhi antara pertumbuhan ekonomi dengan ekspor.
DAFTAR
PUSTAKA
1.Anatasia Widhia K.W, jurnal “Analisis kausalitas
pertumbuhanekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia dengan pendekatan FPE (final
prediction error)”
2.Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Vol. 9, No. 1 April 2010 : 71–78 oleh: Syarifuddin
A. Bakar “Analisis Kausalitas antara Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”
3. Hasil penelitian Salamo dan
Hutabarat (2007)
4.Hasil peneliian Naomi Oiconta (2006)
Lampiran
Lampiran
1.
Tahun
|
Pertumbuhan Ekonomi
|
Ekspor
|
1971
|
11.33
|
1233.6
|
1972
|
44.1
|
1777.7
|
1973
|
80.61
|
3210.8
|
1974
|
90.03
|
7426.3
|
1975
|
-4.36
|
7102.5
|
1976
|
20.33
|
8546.5
|
1977
|
26.98
|
10852.6
|
1978
|
7.28
|
11643.2
|
1979
|
33.89
|
15590.1
|
1980
|
53.63
|
23950.4
|
1981
|
5.06
|
25164.5
|
1982
|
-11.27
|
22328.3
|
1983
|
-5.29
|
21145.9
|
1984
|
3.5
|
21887.8
|
1985
|
-15.08
|
18586.7
|
1986
|
-20.34
|
14805
|
1987
|
15.74
|
17135
|
1988
|
12.15
|
19218.5
|
1989
|
15.29
|
22158.9
|
1990
|
15.86
|
25675.3
|
1991
|
13.5
|
29142.4
|
1992
|
16.55
|
33967
|
1993
|
8.4
|
36823
|
1994
|
8.77
|
40053.4
|
1995
|
13.39
|
45418.8
|
1996
|
9.68
|
49814.8
|
1997
|
7.28
|
53443.6
|
1998
|
-8.59
|
48665.4
|
1999
|
-0.37
|
48665.4
|
2000
|
27.65
|
62124
|
2001
|
-9.34
|
56320.9
|
2002
|
1.48
|
57158.8
|
2003
|
6.82
|
61058.8
|
2004
|
17.23
|
71548.6
|
2005
|
19.66
|
85660
|
2006
|
17.67
|
100798.6
|
2007
|
13.19
|
114100.9
|
2008
|
19.86
|
136761.7
|
2009
|
4.9
|
111649
|
2010
|
6.1
|
111157
|
Lampiran
2.
Null
Hypothesis: D(DEX) has a unit root
|
||||
Exogenous:
Constant, Linear Trend
|
||||
Lag
Length: 8 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
|
||||
t-Statistic
|
Prob.*
|
|||
Augmented
Dickey-Fuller test statistic
|
-3.134343
|
0.1175
|
||
Test
critical values:
|
1% level
|
-4.309824
|
||
5% level
|
-3.574244
|
|||
10% level
|
-3.221728
|
|||
*MacKinnon
(1996) one-sided p-values.
|
||||
Augmented
Dickey-Fuller Test Equation
|
||||
Dependent
Variable: D(DEX,2)
|
||||
Method:
Least Squares
|
||||
Date:
01/16/12 Time: 11:23
|
||||
Sample
(adjusted): 1982 2010
|
||||
Included
observations: 29 after adjustments
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
D(DEX(-1))
|
-7.079230
|
2.258601
|
-3.134343
|
0.0057
|
D(DEX(-1),2)
|
5.617049
|
2.174737
|
2.582863
|
0.0188
|
D(DEX(-2),2)
|
5.157078
|
2.040493
|
2.527369
|
0.0211
|
D(DEX(-3),2)
|
4.615258
|
1.907155
|
2.419970
|
0.0263
|
D(DEX(-4),2)
|
4.040177
|
1.765684
|
2.288166
|
0.0344
|
D(DEX(-5),2)
|
3.023723
|
1.549600
|
1.951293
|
0.0668
|
D(DEX(-6),2)
|
2.195389
|
1.230936
|
1.783511
|
0.0914
|
D(DEX(-7),2)
|
0.915916
|
0.801737
|
1.142415
|
0.2683
|
D(DEX(-8),2)
|
1.050943
|
0.431411
|
2.436059
|
0.0255
|
C
|
-1998.518
|
4576.931
|
-0.436650
|
0.6676
|
@TREND(1971)
|
108.1190
|
186.0369
|
0.581169
|
0.5683
|
R-squared
|
0.917049
|
Mean
dependent var
|
1095.410
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.870965
|
S.D.
dependent var
|
19731.24
|
|
S.E.
of regression
|
7087.736
|
Akaike
info criterion
|
20.85182
|
|
Sum
squared resid
|
9.04E+08
|
Schwarz
criterion
|
21.37045
|
|
Log
likelihood
|
-291.3513
|
F-statistic
|
19.89961
|
|
Durbin-Watson
stat
|
2.082155
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
Lampiran 3.
Null
Hypothesis: D(DPE) has a unit root
|
||||
Exogenous:
Constant, Linear Trend
|
||||
Lag
Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
|
||||
t-Statistic
|
Prob.*
|
|||
Augmented
Dickey-Fuller test statistic
|
-5.063188
|
0.0013
|
||
Test
critical values:
|
1% level
|
-4.252879
|
||
5% level
|
-3.548490
|
|||
10% level
|
-3.207094
|
|||
*MacKinnon
(1996) one-sided p-values.
|
||||
Augmented
Dickey-Fuller Test Equation
|
||||
Dependent
Variable: D(DPE,2)
|
||||
Method:
Least Squares
|
||||
Date:
01/16/12 Time: 11:24
|
||||
Sample
(adjusted): 1977 2010
|
||||
Included
observations: 34 after adjustments
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
D(DPE(-1))
|
-3.083313
|
0.608967
|
-5.063188
|
0.0000
|
D(DPE(-1),2)
|
1.203062
|
0.457860
|
2.627574
|
0.0138
|
D(DPE(-2),2)
|
0.420351
|
0.280859
|
1.496663
|
0.1457
|
D(DPE(-3),2)
|
0.108400
|
0.124550
|
0.870332
|
0.3915
|
C
|
5.330980
|
8.417830
|
0.633296
|
0.5317
|
@TREND(1971)
|
-0.200696
|
0.341329
|
-0.587983
|
0.5613
|
R-squared
|
0.875134
|
Mean
dependent var
|
-3.027059
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.852836
|
S.D.
dependent var
|
49.72158
|
|
S.E.
of regression
|
19.07417
|
Akaike
info criterion
|
8.893332
|
|
Sum
squared resid
|
10187.07
|
Schwarz
criterion
|
9.162690
|
|
Log
likelihood
|
-145.1866
|
F-statistic
|
39.24796
|
|
Durbin-Watson
stat
|
2.085860
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
Lampiran 4.
Date:
01/16/12 Time: 11:26
|
||||
Sample
(adjusted): 1974 2010
|
||||
Included
observations: 37 after adjustments
|
||||
Trend
assumption: Linear deterministic trend
|
||||
Series:
DEX DPE
|
||||
Lags
interval (in first differences): 1 to 1
|
||||
Unrestricted
Cointegration Rank Test (Trace)
|
||||
Hypothesized
|
Trace
|
0.05
|
||
No. of CE(s)
|
Eigenvalue
|
Statistic
|
Critical Value
|
Prob.**
|
None *
|
0.661144
|
49.71359
|
15.49471
|
0.0000
|
At most 1 *
|
0.230050
|
9.672878
|
3.841466
|
0.0019
|
Trace
test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
|
||||
*
denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
|
||||
**MacKinnon-Haug-Michelis
(1999) p-values
|
||||
Unrestricted
Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
|
||||
Hypothesized
|
Max-Eigen
|
0.05
|
||
No. of CE(s)
|
Eigenvalue
|
Statistic
|
Critical Value
|
Prob.**
|
None *
|
0.661144
|
40.04071
|
14.26460
|
0.0000
|
At most 1 *
|
0.230050
|
9.672878
|
3.841466
|
0.0019
|
Max-eigenvalue
test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
|
||||
*
denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
|
||||
**MacKinnon-Haug-Michelis
(1999) p-values
|
||||
Unrestricted
Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I):
|
||||
DEX
|
DPE
|
|||
-1.03E-05
|
0.069302
|
|||
0.000222
|
-0.005029
|
|||
Unrestricted
Adjustment Coefficients (alpha):
|
||||
D(DEX)
|
-3.511561
|
-4090.521
|
||
D(DPE)
|
-24.31733
|
-4.274006
|
||
1
Cointegrating Equation(s):
|
Log likelihood
|
-545.5973
|
||
Normalized
cointegrating coefficients (standard error in parentheses)
|
||||
DEX
|
DPE
|
|||
1.000000
|
-6723.029
|
|||
(834.137)
|
||||
Adjustment
coefficients (standard error in parentheses)
|
||||
D(DEX)
|
3.62E-05
|
|||
(0.01530)
|
||||
D(DPE)
|
0.000251
|
|||
(3.5E-05)
|
||||
Lampiran 5.
Pairwise
Granger Causality Tests
|
|||
Date:
01/14/12 Time: 19:05
|
|||
Sample:
1971 2010
|
|||
Lags:
2
|
|||
Null
Hypothesis:
|
Obs
|
F-Statistic
|
Probability
|
LEX
does not Granger Cause LPE
|
22
|
4.82868
|
0.02185
|
LPE
does not Granger Cause LEX
|
0.40811
|
0.67125
|
|
1 komentar:
pak boleh minta acuan metode penelitiannya pak, dari buka apa dan memakai apa ? apa memakai software tertentu. mohon tanggapannya pak. trims
Posting Komentar