Minggu, 29 Januari 2012

Dilema Kebijakan BBM & BBG, sudah siapkah?



oleh:Nardi Lubis

                Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembahasan penetapan anggaran untuk BBM (Bahan Bakar Minyak) sudah ditetapkan, dimana dalam APBN 2012 tersebut pemerintah akan mengurangi subsidi terhadap BBM   sebagaimana yang telah diatur dan ditetapkan dalam Undang-Undang APBN 2012 (UU No 22/2011) dan kebijakan tersebut akan mulai dilakukan pada awal April nanti.
Sejak awal tahun ini pemerintah telah gencar mengemukakan rencana pembatasan pemakaian BBM untuk mobil pelat hitam yang akan dimulai untuk daerah Jawa dan Bali pada tanggal 1 April nanti, dan penggunaan premium hanya untuk kendaraan roda dua, angkutan umum, serta mobil operasional untuk usaha kecil, mikro dan menengah.Namun tidak menutup kemungkinan untuk merubah kebijakan tersebut dengan melihat kondisi yang akan terjadi dan juga pertimbangan persiapan yang akan direncanakan.
Pembatasan subsidi yang dicanangkan pemerintah kemudian akan diganti oleh BBG (Bahan Bakar Gas).Opsi tersebut dinilai oleh pemerintah sebagai opsi yang paling strategis dan harganya yang lebih terjangkau dan juga  ramah lingkungan.Namun apakah kebijakan tersebut searah dengan kapasitas dan kemampuan masyarakat?.Menurut survey dan jejak pendapat yang dilakukan oleh salah satu surat kabar nasional terhadap opsi yang kan dipilih oleh masyarakat terkait kebijakan yang kan dilakukan oleh pemerintah.Ada bebrapa golongan masyarakat yang memberikan pendapat yakni pengguna alat transportasi bus/angkot, kereta api, mobil, sepeda motor, sepeda/pejalan kaki dan lainya.Hasilnya adalah 43% responden pengendara angkot/bus lebih memilih tetap menggunakan premium tetapi jumlah dibatasi, 17% memilih beralih ke pertamax, 13,2% memilih beralih ke jenis BBG, 14,2% memilih harga premium dinaikkan dan sisanya menjawab tidak tahu.Untuk kereta api, 28,6% responden meilih membatasi pemakaian premium, 14,3% beralih ke pertamax, 14,3% memilih beralih ke jenis BBG, 42,9% memilih harga premium dinaikkan.Untuk pengguna transportasi mobil 18,1% memilih pembatasan pemakaian premium, 14,6% beralih ke pertamax, 8,8% beralih ke jenis BBG, 51,3% memilih harga premium dinaikkan, dan 7,2% menjawab tidak tahu.pengguna transportasi sepeda motor 33,6% memilih pembatasan pemakaian premium, 16,8% memilih beralih ke pertamax, 30,9% memilih harga premium dinaikkan dan 10,4% menjawab tidak tahu.Dan utnuk pejalan kaki/sepeda dan pengguna alat transportasi lainya 22,2% memilih pemakaian premium dibatasi, 22,2% memilih beralih ke pertamax, 11.1% memilih beralih ke penggunaan BBG, 22,2% memilih harga premium dinaikkan.dan sisanya menjawab tidak tahu.


Dari survey tersebut dapat dilihat bahwa apa yang diharapkan oleh pemerintah untuk beralih ke BBG sangat tidak sejalan dan tidak relevan dengan apa yang diketahui oleh masyarakat.Dari opsi kebijakan yang ditawarkan jawaban paling sedikit adalah masyarakat yang memilih konversi premium kie BBG.Untuk kebijakan konversi dari BBM ke BBG  tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, khususnya pemerintah sebagai pemegang kendali, sebagai pembuat kebijakan harus benar-benar mempersiapkan masyarakat untuk benar-benar siap menggunakan BBG dalam hal ini penyediaan converter BBG yang aman dan nyaman dan tidak terlalu memberatkan masayarakat dari segi biaya , karena banyak masyarakat memberikan alasan bahwa yang menjadi kendala adalah harga konverter yang belum terjangkau oleh masyarakat yaitu sekitar 7 s/d 14jt.Selain itu Masih saja ada sesuatu yang mengganjal masyarakat untuk berpindah ke BBG yaitu masih langkanya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) yang tentunya menjadi kendala untuk mendapatkan BBG nantinya, bahkan sosialisasi dari pemerintah juga dinilai masih sangat kurang.Jadi kita tunggu saja bagaimana pemerintah mensiasati kebijakan yang sudah direncanakan, apakah akan tetap memilih opsi yang sudah direncanakan dalam APBN 2012 dengan persiapan yang masih minim.

Jumat, 27 Januari 2012

“Investment Grade” Peluang dan Tantangan



oleh:Nardi Lubis

                Baru-baru ini dua dari tiga lembaga  pemeringkat utang level dunia memberikan status  “Layak Investasi” /”investment Grade” untuk Indonesia yakni Fitch Ratings dan Moody’s Investors Service sementara satu lembaga pemeringkatlevel dunia lainya Standard and Poor’s belum memberikan opini, dengan demikian perbedaan opini apakah Indonesia layak investasi atau tidak sudah terjawab.Fitch Ratings menaikkan peringkat utang Indonesia untuk utang jangka panjang valuta asing dari BB+ menjadi BBB- dengan prediksi stabil yang artinya status perekonomian Indonesia dalam kondisi yang layak investasi.Dalam waktu yang tidak jauh  Moody’s Investors Service juga menaikkan peringkat utang Indonesia dari Bal menjadi Baa3 dengan predisksi stabil (stable outlook).Kedua lembaga pemeringkat utang Fitch dan Moody tersebut memberikan opini dan penilaian yang sama untuk Indonesia.Status ini memosisikan Indonesia semakin menarik sebagai salah satu tujuan investasi dunia.
                Apresiasi yang diberikan kedua lembaga pemeringkat utang tersebut membawa berkah dan harapan bagi Indonesia.Bagaimana tidak, kondisi perekonomian global yang sedang berada dalam kondisi ketidakpastian yang diikuti oleh penurunan peringkat utang seperti beberapa Negara di Eropa dan Amerika , sebaliknya  Indonesia justru mendapat peringkat layak investasi , hal ini dikarenakan oleh kondisi makroekonomi Indonesia yang cukup stabil dan mampu bertahan dari goncangan ekonomi global, kondisi ini juga disertai dengan tingginya penanaman modal di Indonesia antara tahun 2010-2011 meningkat 20,5 persen dengan tingkat pencapaian sebesar Rp 251,3 triliun yang terdiri dari Rp 76 triliun dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Rp 175, 3 triliun dari Penanaman Modal Asing (PMA) , ekspektasi inflasi yang berada dalam kondisi yang stabil dan normal, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat terhadap guncangan eksternal yang disokong oleh sector rill, kebijakan dan instrument moneter mampu menahan kondisi rupiah yang stabil  dan perbankan yang sehat yang mampu mengatasi persoalan internal dan eksternal perbankan.
                Status layak investasi yang diemban Indonesia semakin menambah pekerjaan rumah bagi Indonesia sendiri.Agar status layak investasi ini berbuah nyata dengan harapan peningkatan arus investasi asing langsung meningkat, maka koreksi diri perlu dilakukan oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia, mulai dari pemerintah, pengusaha, pekerja, hingga tokoh politik.Koreksi diri yang menyangkut permasalahan yang menyebabkan pihak asing enggan berinvestasi di Indonesia, kondisi infrastruktur yang masih jauh dari status layak dan terkendala pengadaan lahan yang belum teratasi, kepastian hukum dan peraturan yang masih abu-abu, bahkan pertentangan pemerintah pusat dan daerah, masalah keamanan dan tenaga kerja masih mengganggu, ekonomi biaya tinggi dan korupsi disetiap lini masyarakat dan pemerintah yang masih sangat marak terjadi dan semakin merajalela, pemerintah dan aparat keamanan sepertinya kurang menjalankan tugas yang diembankan.Untuk pemerintah sendiri sebagai pemegang kendali harus semakin focus dalam mendorong dan meningkatkan pembangunan infrastruktur, penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perbaikan birokrasi kepengurusan khususnya harus benar-benar diperhatikan.Berdasarkan kajian Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang baru diselenggarakan di Davos Swiss, yang menyebabkan rusaknya iklim investasi adalah justru birokrasi yang tidak baik di lingkaran pemerintah itu sendiri.Hal ini mnenyangkut soal  inefisiensi birokrasi yang akhirnya memperburuk peraturan –peraturan birokrasi yang berdampak terhadap surutnya minat investor untuk masuk ke Indonesia .Momentum ini juga harus benar-benar dimanfaatkan dan diberdayakan oleh pelaku bisnis  dan kalangan pengusaha di Indonesia dengan peningkatan pojok bisnis agar jaringan kerja sama antar pengusaha dan pelaku bisnis bisa dirintis dan semakin dikembangkan dan ditingkatkan dengan  menggali sumber-sumber ekonomi potensial yang akan akan memberikan nilai tambah terhadap produksi Indonesia.
               

Rabu, 25 Januari 2012

DEMOKRASI vs DEMOCRAZY

KOMPAS KAMPUS

OLEH: NARDI LUBIS
 

Kebebasan memberikan aspirasi merupakan salah satu wujud dari Negara demokrasi.Semua golongan masyarakat terbuka untuk memberikan pendapat baik itu secara langsung maupun tidak seperti menuntut ketidakadilan hukum, ketidakmerataan pembangunan, kesenjangan hidup masyarakat dsb.Hal  ini dilakukan oleh semua golongan masyarakat tanpa melihat status dan usia.
Indonesia berdiri menjadi bangsa yang berdemokrasi penuh tidak terlepas dari perjuangan segelintir orang yang memiliki keberanian dan bertekad untuk memperjuangkan keadilan, sebut saja tokoh-tokoh reformator yang menggulingkan rezim otoriter pada era Soeharto.Dalam era tersebut Negara berbentuk demokrasi dan berke-Tuhanan, namun faktanya adalah Negara berbentuk kekuasaan/otoriter.Hal ini juga yang sedang terjadi di banyak Negara baru-baru ini seperti di Timur-Tengah, berbagai golongan masyarakat memperjuangkan hak-hak mereka dan berusaha menggulingkan pemerintahan yang otoriter yang hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat sipil.
Sebagai Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, dalam kenyataanya masih terjadi dan terlaksana di berbagai kehidupan masyarakat di indonesia.Penyampaian aspirasi pun dilakukan dengan berbagai cara.Bagaimana supaya aspirasi digubris dan di dengar oleh pihak tertentu.Ketika bahasa  sudah tidak dimengerti oleh pemerintah, dan orasi-orasi sudah tidak di dengarkan lagi, maka bentuk aspirasi yang mengerikan sekalipun dilakukan oleh masyarakat.Masih jelas dalam ingatan kita bahwa seorang Mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta yang rela membakar dirinya sebagai wujud keprihatinanya akan kondisi bangsa Ini dan berharap pemerintah membuka tembok-tembok pemisah sebagai tembok ketidakadilan dalam lini masyarakat.Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut dirasakan aneh, lucu, atau gila malahan, bagaimana tidak, seseorang rela membakar diri demi keprihatinanya  melihat kondisi bangsa dan negaranya, ada juga yang jahit mulut menuntut perlakuan adil, bahkan ada yang mengubur diri dan mogok makan ,  itu semua dilakukan untuk membuka hati pemerintah yang mungkin sudah tertutup oleh kenyamanan kursi pemerintahan.

Selasa, 24 Januari 2012

PEMBANGUNAN EKONOMI




PEMBANGUNAN EKONOMI 
TUGAS :P E P 
OLEH:NARDI LUBIS
TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT  WALT WHITMAN ROSTOW  (WW. ROSTOW)
       Menurut WW Rostow, Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan Perubahan orientasi ekonomi, politik dan sosial yang  pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah  menjadi berorientasi keluar,Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah  anak dalam keluarga yaitu kesadaran untuk membina  keluarga kecil,Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat dari  melakukan investasi yang tidak produktif menjadi  investasi yang produktif,Perubahan sikap hidup dari adat istiadat yg kurang  merangsang pembangunan ekonomi misalnya kurang  menghargai waktu kerja dan orang lain.
WW Rostow membedakan pembangunan ekonomi ke dalam 5 tahap :
1.Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society) ditandai dengan:
- adanya Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitive dan juga tingkat produktifitas masyarakat yang rendah dan biasanya  sector yang digeluti adalah sektor pertanian
-Kegiatan politik dan pemerintahan biasanya berada di daerah-daerah dan kekuasaan berada di tangan tuan tanah.
2.Tahap Prasyarat Tinggal Landas (The Preconditions for Take-Off),ditandai dengan;
-Masa transisi dimana  masyarakat mempersiapkan untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri. Tahap ini memiliki 2 corak berbeda :
Tahap Prasyarat Tinggal landas yg dialami negara Eropa, Asia, Timur Tengah dan Afrika : perombakan thd masy. tradisional yg sudah ada untuk mencapai tahap tsb.
Tahap Prasyarat Tinggal landas yg dialami negara born free (daerah imigran) (Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru) : tanpa harus merubah sistim masy. tradisional yg sudah ada.
3.Tahap Tinggal Landas (The Take-Off),ditandai dengan:
-Pertumbuhan ekonomi selalu terjadi,
-Kemajuan pesat dalam inovasi atau terbukanya pasar-pasar baru
-Kenaikan investasi produktif dan kenaikan GDP yang tinggi,
-berkembangnya satu atau beberapa sektor industri pemimpin dengan tingkat pertumbuhan  ekonomi yang tinggi
-tercapainya suatu kerangka dasar politik, social dan kelembagaan yang bisa menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi.
4.Tahap Menuju Kedewasaan (The Drive to Maturity),ditandai dengan:
-Kondisi masyarakt sudah secara efektif menggunakan Teknologi modern di hampir semua kegiatan produksi dan kekayaan alam Sektor pemimpin baru akan bermunculan menggantikan sector pemimpin yang mengalami kemunduran.
-Struktur dan keahlian tenaga kerja berubah Kepandaian dan keahlian pekerja bertambah tinggi. Sektor indusri bertambah penting peranannya Sektor pertanian menurun peranannya.

-Sifat kepemimpinan dalam perusahaan  mengalami perubahan. Peranan manajer professional semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusaha pemilik.Negara yg mencapai tahap ini (WW Rostow) : Inggris (1850), USA (1900), Jerman dan Perancis (1910), Swedia (1930) Jepang (1940) Rusia dan Kanada (1950).
5.Tahap Konsumsi Tinggi (The Age of High Mass Consumption),ditandai dengan:
-Perhatian masyarakat  menekankan pada masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan masalah produksi.
-Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan berakibat penjajahan terhadap bangsa lain
-Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) (Negara Persemakmuran = Comment Wealth) dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang telah merata melalui sistim pajak progresif (semakin banyak semakin besar).
-Meningkatnya konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) menjadi konsumsi thd barang tahan lama dan barang-barang mewah.
Negara pertama mencapai tahap Kedewasaan :
USA (th. 1920),Inggris (th. 1930),Jepang (th. 1950),Eropa Barat (th. 1950)

TEORI LEWIS MENGENAI PENAWARAN BURUH YANG TIDAK TERBATAS
Arthur Lewis membangun teori yang sangat sistematis mengenai”pembangunan ekonomi dengan penawaran buruh yang tidak terbatas”Seperti para ahli ekonomi klasik.Dia percaya bahwa di banyak Negara terbelakang tersedia buruh dalam jumlah yang tak terbatas dan dengan upah sekedar cukup untuk hidup . Lewis mengawali teorinya dengan pernyaaan tegas bahwa teori klasik mengenai penawaran buruh yang benar-benar elastis dengan upah subsisten benar-benar terjadi di sejumlah Negara terbelakang.
            Teori lewis dapat diterapkan pada Negara terbelakang yang berpenduduk padat dengan syarat-syar t tertentu. Karena itu penerapanya dibatasi oleh asumsi-asumsi yang menjadi dasar kritik-kritik yang diperbincangkan seperti di bawah ini :
1.     Tidak setiap Negara terbelakang mempunyai penawaran buruh yang tidak terbatas.
2.     Tingkat upah di sector kapitalis tidak konstan
3.     Tidak dapat diterapkan jika akumulasi modal bersifat menghemat buruh
4.     Buruh terampil bukanlah kesulitan sementara
5.     Kurangnya usaha dan inisiativ
6.     Proses multiplikasi tidak berlangsung di Negara terbelakang
7.     Mengabaikan permintaan total
8.     Mobilitas buruh tidaklah mudah
9.     Produktivitas marginal buruh tidak nihil
10. Produktivitas turun bersama migrasi buruh dari seektor subsisten
11. Kellompok berpendapatan rendah juga menabung
12. Inflasi tidak membunuh diri sendiri
13. Administrasi pajak yang tidak effisien
UPAYA MINIMUM TEORI LEIBENSTEIN
TEORI LEIBENSTEIN
Prof Harvey Leiberstein menyatakan bahwa Negara terbelakang dicekam aleh lingkaran setan kemiskinan sehingga berada di sekitar tingkat keseimbangan pendapatan perkapita yang rendah.
Jalan keluar dari masalah ini adalah “upaya minimum kritis” yang akan menaikkan pendapatan perkapita pada tingkat dimana pembangunan yang berkesinambungan dapat dipertahankan.
Factor-faktor dalam pelaksanaan upaya minimum kritis
ü  Pertumbuhan penduduk suatu fungsi di pendapatan perkapita
Tesis Leibeinstein didasarkan pada bukti empirisbahwa laju pertumbuhan penduduk merupakan suatu fungsi dan laju pendapatan perkapita.
Kenaikan pendapatan perkapita cenderuung menaikkan laju pertumbuhan penduduk. Kecenderungan ini hanya sampai titik tertentu melebihi titik pada kenaikan pendapatan perkapita akan menurunkan tingkat kesuburan ketika pembangunan memperoleh momentum, laju pertumbuhan penduduk menurun.
Argumen Leibeinstein didasarkan pada esis kapitalis social yang menyatakan bahwa dengan kenaikan pendapatan perkapita, keinginan untuk mempunyai anak banyak berkurang.
ü  Faktor lain
1.     Skala disekonomi internal akibat tidak dapat dibaginya factor produksi
2.     Disekonomi ekstern akibat adanya  ketergantungan eksternal
3.     Hambatan budaya dan kelembagaan yang ada di Negara terbelakang.
Pengeluaran pada tingkat pendapataan subsisten di Negara terbelakang dalah sekedar untuk konsumsi hari ini.
 Upaya minimum kritis harus lebih besar, agar roda pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bergerak.
ü  Agen Pertumbuhan
Upaya minimum kritis terlatak pada kondisi ekonomi yang menguntungkan sehingga kekuatan pendorong berkembang lebih cepat daripada laju kekuatan penekan pendapatan yang diciptakan melalui pengembangan “agen-agen pertumbuhan”
Agen pertumbuhan yang khas adalah : Pengusaha, Investor, Penabung dan, Pembaharu
ü  Rangsangan
Menurut leibenstein, rangsangan ada 2 macam
1.     Rangsangan “Zero Sum” adalah rangsangan yang  tidak meningkatkan pendapatan nasional tetapi hanya bersifat distributive.
2.     Rangsanan “positive-Sum” adalah rangsangan yang menuju kepada perkembangan pendapatan nasional.
 Di Negara terbelakang, pengusaha terlibat pada kegiatan Zero-sum. Kegiatan ini mencakup :
o   Kegiatan “bukan dagang”
o   Kegiatan dagang yang membawa ke posisi monopolistic lebih besar
o   Kegiatan spekulatif yang tidak memanfaatkan tabungan
o   Kegiatan yang memakai hubungan netto
Kegiatan zero-sum bukanlah kegiatan sebenarnya yang menciptakan pendapatan nyata tetapi sekedar pemindahan likuiditas dari pemilik satu ke pemilik lainnya.
Hasil dari upaya minimum kritis yaitu pendapatab perkapita akan naik dan cenderung menaikkan tingkat tabungan dan investasi. Kondisi ini akan membawa kepada :
1.     Ekspansi agen pertumbuhan
2.     Meningkatnya  sumbangan mereka per unit modal begit rasio modal output turun
3.     Berkurangnya keefektifan faktor-faktor yang menentang pertumbuhan
4.     Penciptaan kondisi lingkungan dan social yang meningkatkan mobilitas ekonomi dan social
5.     Peningkatan spesialisasi dan perkembangan sector sekunder dan tertier
6.     Terciptanya iklim yang cocok bagi perubahan yang lebih mendatangkan perubahan ekonomi dan sosial
Proyeksi leibenstein
Leibenstein mengansumsikan besarnya minimum kritis dalam hal ekonomi terbelakang , dengan suatupermulaan penduduk satu juta. Perhitungannya mengenai tingkat kesuburan dan tingkat kelemahan didasarkan pada harapan lamanya orang hidup dan dikuatkan dengan keadaan sebenarnya di Negara terbelakang.
Penilaian kritis
Tesis leibenstein lebih realistis ketimbang teori “dorongan kuat”-nya Rosenstein-Roda.
Upaya minimum kritis dapat dijadwalkan secara tepat dan dapat dipecah-pecah ke dalam serentetan upaya yang lebih kecil guna meletakkan ekonomi pada jalur pembangunan yang berkesinambungan.
Teori leibenstein mengandung beberapa kelemahan:
1)     Laju pertumbuhan penduduk berkaitan dengan tingkat kematian
2)     Penurunan tingkat kelahiran bukan dikarenakan kenaikan pendapatan perkapita
3)     Mengabaikan usaha pemerintah untuk menurunkan kelahiran
4)     Tingkat pertumbuhan lebih tinggi dari 3% tidak menyebabkan lepas landas
5)     Mengabaikan unsur waktu
6)     Hubungan kompleks antara pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan
7)     Dapat diterapkan pada ekonomi tertutup.

PERANGKAP KESEIMBANGAN TINGKAT RENDAH
TEORI NELSON
            “Perangkap Keseimbangan Tingkat Rendah” merupakan teori yang dibangun oleh R.Nelson bagi negara terbelakang. Teori Nelson didasarkan pada hipotesa Malthus bahwa dengan kenaikan pendapatan per kapita di atas “tingkat biaya penghidupan minimum”, penduduk suatu negara cenderung meningkat
            Menurut Nelson, “Penyakit ekonomi negara terbelakang dapat didiagnosa sebagai tingkat keseimbangan stabil pendapatan per kapita pada atau dekat dengan kebutuhan biaya hidup” Ekonomi terbelakang terjerat dalam perangkap keseimbangan tingkat rendah. Nelson menyebutkan empat kondisi teknologis dan sosial yang mendatangkan perangkap tersebut, yaitu:
a.     Korelasi tinggi antara tingkat pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan penduduk.
b.     Kecenderungan yang rendah untuk menggunakan pendapatan per kapita tambahan guna meningkatkan investasi per kapita.
c.     Kekurangan lahan yang baik untuk ditanami.
d.     Metode produksi yang tidak efisien.
Dia juga menunjuk pada dua faktor lainnya, yaitu kelambanan budaya dan kelambanan ekonomi. Kelambanan budaya menyebabkan kelambanan ekonomi dan sebaliknya. Nelson memakai tiga macam hubungan untuk menggambarkan perangkap ekonomi pada tingkat pendapatan rendah tersebut. Pertama, pendapatan adalah fungsi dari persediaan modal, tingkat teknologi dan besarnya penduduk. Kedua, Investasi netto terdiri dari modal yang tercipta dari tabungan dalam bentuk tambahan pada persediaan alat dan perlengkapan sektor industri plus tambahan lahan baru pada luas lahan yang sedang diolah. Ketiga, Dengan pendapatan per kapita rendah, perubahan jangka pendek laju peetumbuhan penduduk merupakan akibat dari perubahan tingkat pendapatan per kapita.
Dan Nelson menunjuk pada sejumlah faktor untuk melepaskan diri dari perangkap keseimbangan tingkat rendah itu.,yaitu:
  1. Harus ada lingkungan sosial politik yang menguntungkan di negara bersangkutan.
  2. Struktur sosial harus diubah dengan memberikan tekanan lebih besar pada penghematan dan kewiraswastaan. Perangsang yang lebih besar harus diberikan guna memproduksi lebih banyak  dan untuk membatasi besarnya keluarga.
  3. Langkah-langkah harus diambil untuk mengubah distribusi pendapatan, pada waktu yang sama memungkinkan akumulasi kekayaan oleh penanam modal.
  4. Harus ada program investasi pemerintah yang menyeluruh
  5. Pendapatan dan modal harus dinaikkan dengan dana yang didapat dari luar negeri.
  6. Teknologi produksi yang lebih baik harus dipakai untuk memanfaatkan secara penuh sumber-sumber yang ada sehingga pendapatan naik dari input tertentu.



TEORI DORONGAN KUAT (BIG PUSH THEORI)
 Menurut Rosenstein – Rodan
‘’Dorongan kuat ‘’  merupakan suatu program besar yang menyeluruh dalam bentuk suatu jumlah minimum investasi.
Mereka berpendapat bahwa untuk medorong perekonomian Negara terbelakang diperlukan suatu dorongan besar secara menyeluruh.
Rosenstein Rodan menganggap apabila ingin mendorong perekonomian dengan berhasil,cara kerja “satu per satu” tidak akan member pengaruh yang berarti kepada perekonomian  negara tersebut.Melainnkan dibutuhkan investasi yang besar (mutlak) untuk memajukan perekenomian Negara kecil.
Menurut Rosenstein Rodan, syarat syarat mutlak tersebut terbagi 3 :
1.     Jumlah investasi minimal dalam input dan output (fungsi produksi)
Rosenstein Rodan menganggap bahwa modal overhead sosial merupakan syarat mutlak.
Contohnya : Pada industry besar maka modal overhead sosialnya adalah tenaga angkut dan transportasi.
Tenaga angkut dan transportasi membutuhkanmodal awal yang sangat besar.Walaupun demikian tenaga angkut dan transportasi tersebut berpengaruh sangat penting dalam proses produksi .Sehingga apabila ingin proses rpoduksi berjalan pengadaan modal ini harus didahulukan daripada barang barang modal yang lain.
            Kriteria modal syarat mutlak mengadung 4 syarat:
a.     Masa pakai minimum
b.     Waktu pengadaan harus didahulukan
c.     Masa persiapan lama
d.     Terdiri dari satu paket industry

2.   Saling melengkapinya permintaan
Menurut Rosenstein Rodan proyek yang terpisah tidak memiliki kepastian untuk tumbuh maka diperlukankepastian jumlah permintaan,agar hasill produksi dapat habis terjual.
Contohnya:Para produsen saling berlangganan satu dengan yang lain.

3.     Minimal persediaan tabungan
NIlai  tabungan marjinal diusahakan lebih tinggi daripada nilai tabungan sebelumnya.
Peningkatan hal ini disesuaikan dengan perubahan pendapata.
Namun pada aplikasinya,Negara kecil sulit untuk memenuhi nilai tersebut.


Kendala  Big Push Theory
1.     Tidak diperhitungkannya bidang ekspor impor
2.     Tidak diperhitungkannya investasi yang bersifat pengurang biaya
3.     Mengabaikan investasi pertanian
4.     Harus memiliki sumber keungan yang besar
5.     Kesulitan administrative
DOKTRIN PERTUMBUHAN  BERIMBANG
Pada intinya Doktrin Pertumbuhan Berimbang berarti terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran.Pada saat pembangunan serentak antar dua sisi harus mengalami penyeimbangan.
Mengutip teori Rosenstein dan Rodan,maka akan timbul lingkaran setan.Pemecahannya menurut Nurkse adalah dengan peningkatan produksifitas dan daya beli.Dengan peningkatan tersebut ,maka output dari para produsen memiliki kepastian.Peningakatan produktifitastersebut dengan cara memperluas pasar.
Pada doktrin ini,harus terjadi keseimbangan antara output pertanian dan output industri.Keseimbangan juga dibutuhkan  pada ekspor dan impor.
Hal ini dicapai dengan cara :
            Pada sisi ekspor ditambah jumlah produksinya,sedangkan pada sisi impor ditambah jumlah alat alat produksinya.

Hambatan Doktrin Pertumbuhan Berimbang
1.     Biaya meningkat
2.     Penurunan biaya diabaikan
3.     Pemakasaan teori pembangunan
4.     Negara terbelakang tidak dapat memnuhinya
5.     Kelangkaan sumber
6.     Terjadi ketimpangan faktor produksi
7.     Modal bukan merpakan hal pokok pembangunan
8.     Hanya dapat diterapkan  pada Negara maju
9.     Tidak mempertimbangkan perencanaan.

KONSEP PERTUMBUHAN TIDAK BERIMBANG
Teori ini adalah lawan dari teori pertumbuhan berimbang, menurut konsep ini investasi sebaiknya dilakukan pada sektor yang terpilih daripada secara serentak di semua sektor ekonomi. Tidak ada satu pun negara terbelakang yang mempunyai modal dan sumber lain dalam kuantitas sedemikian besar untuk melakukan investasi secara serentak pada semua sektor, Oleh karena itu investasi harus dilakukan pada beberapa sektor atau industri yang terpilih saja agar cepat berkembang dan hasil ekonominya dapat digunakanuntuk pembangunan sektor lain. Dengan demikian perekonomian secara berangsur bergerak dari lintasan pertumbuhan tidak berimbang kearah pertumbuhan berimbang. Beberapa ahli ekonomi yang mendukung teori ini adalahRostow,danHirschman.
Menurut teori pertumbuhan tidak berimbang (Albert O. Hirschman, 1958), investasi hanya ditanam dalam sektor strategis tertentu yang merupakan leading sector, dan ini akan menciptakan peluang investasi lebih lanjut. Ini merupakan jalan terbaik untuk pertumbuhan ekonomi

STRATEGI PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG
ALBERT O. HIRSCHMAN  memberikan pola yang lebih cocok untuk mempercepat pembangunan di negara yang sedang berkembang, karena :
1.   Secara historis pembangunan ekonomi coraknya tidak seimbang
2.   Mempertinggi efesiensi penggunaan Sumber daya tersedia
3.   Pembangunan tak seimbang menimbulkan Kemacetan (Bettlenecks) yaitu gangguan dalam proses pembangunan tetapi akan menjadi pendorong pembangunan selanjutnya.
            Menurut Hirschman, ketika proyek baru dimulai mereka mengambil ekonomi eksternal yang diciptakan oleh proyek sebelumnya dan menciptakan ekonomi eksternal baru yang dapat dipakai oleh proyek selanjutnya. Tapi ada beberapa proyek yang mengambil ekonomi eksternal lebih banyak daripada yang diciptakan, yang disebut “rangkaian investasi convergent.” Hirschman juga menyebutnya investasi “induced” karena proyek-proyek itu merupakan penerima rezeki dari ekonomi eksternal. Ada proyek lainnya yang juga menciptakan ekonomi eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan yang mereka ambil, yang digolongkan sebagai “rangkaian investasi divergent”.
            Dalam praktek, kebijaksanaan pembangunan ekonomi harus bertujuan (1) mencegah rangkaian investasi convergent yang mengambil ekonomi eksternal lebih banyak daripada yang diciptakannya dan (2) mendorong rangkaian investasi divergent yang menciptakan ekonomi eksternal lebih besar daripada yang diambilnya.
      Menimpangkan Perekonomian Melalui Modal Overhead Sosial (MOS): MOS diartikan sebagai “terdiri dari jasa atau pelayanan pokok yang tanpa itu kegiatan produksi primer, sekunder dan tersier tidak dapat berfungsi”.
      Menimpangkan Perekonomian Melalui Kegiatan Langsung Produktif (KLP): suatu ketidakseimbangan dapat pula diciptakan lewat KLP. Pemerintah barangkali secara langsung atau tidak menanamkan modal di bidang KLP daripada di bidang MOS .
      Lintasan Pembangunan: Hirschman menyebut lintasan pertama (dari MOS ke KLP) sebagai “pembangunan melalui kapasitas lebih MOS” dan lintasan kedua (dari KLP ke MOS) “pembangunan melalui kelangkaan MOS”. Mengenai lintasan mana yang harus ditempuh labih dahulu di dalam pembangunan ekonomi, Hirschman memilih lintasan yang “melesat sendiri”.
      Utamakan Industri Tahap Akhir (Last industries). Hirschman, karena itu menganjurkan pendirian industri tahap akhir lebih dahulu. Dalam pembuatan industri, suatu negara sedang berkembang tidak perlu mengusahakan semua tahap produksi secara serentak, tapi ia dapat mengimpor pabrik “converting, assembling dan mixing” bagi sentuhan akhir” produk yang hampir jadi. Industri tahap akhir juga dikenal sebagai “industri kantong impor”.

PENILAIAN
     Doktrin pertumbuhan tidak berimbang, seperti dikemukakan Hirschman adalah suatu usaha yang berani dalam menunjukkan cara untuk memacu jalannya pembangunan ekonomi bagi negara terbelakang. Doktrin ini realistis dan mempertimbangkan hampir semua aspek perencanaan pembangunan.
KETERBATASAN
      Keterbatasan doktrin pertumbuhan tidak berimbang:
1.     Kurang perhatian pada komposisi, arah dan saat pertumbuhan tidak berimbang.
2.     Mengabaikan perlawanan
3.     Di luar kemampuan negara terbelakang
4.     Kekurangan fasilitas dasar
5.     Kekurangan mobilitas faktor
6.     Timbulnya tekanan inflasi
7.     Dampak kaitan tidak didasarkan data
8.     Terlalu banyak penekanan

PERTUMBUHAN BERIMBANG VS TIDAK BERIMBANG
      Alasan pertumbuhan berimbang didasarkan pada fakta bahwa lingkaran setan kemiskinan mencekam negara terbelakang, yang bertanggung jawab atas kecilnya pasar lokal bagi barang-barang mereka. Pemecahannya adalah melalui pola investasi yang berimbang pada sejumlah industri yang saling menunjang sehingga luas pasar menjadi melebar.
      Pendukung strategi pertumbuhan tak berimbang lebih menyukai investasi pada sektor terpilih daripada secara serentak pada semua sektor ekonomi. Investasi pada sektor terpilih menghasilkan peluang-peluang investasi baru. Ini hanya dapat dicapai dengan cara membuat ketidakseimbangan ekonomi dengan sengaja. Tujuannya adalah untuk mengabadikan daripada menghapuskan ketidakseimbangan dengan mememlihara tensi, disproporsi dan disekuilibrium.
      Pembedaan antara teknik pertumbuhan berimbang dan pertumbuhan tidak berimbang ini membawa kepada beberapa titik persamaan antara keduanya yaitu: Pertama, keduanya percaya pada adanya sistem perusahaan swsta yang bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Pada waktu yang sama, keduanya menunjukkan adanya perencanaanoleh negara. Kedua, kedua doktrin mengabaikan peranan keterbatasan dan inelastisitas penawaran. Terakhir, kedua doktrin mengasumsikan interdependensi, walaupun berbeda derajatnya.

TEORI DUALISTIK
Dualisme merupakan suatu konsep yang sering dibicarakan dalam ekonomi pembangunan, terutama kalau kita membicarakan kondisi sosial-ekonomi. Konsep ini menunjukka adanya perbedaan antara bangsa-bangsa kaya dan miskin, dan perbedaan antara berbagai golongan masyarakat yang terus meningkat.
Konsep Dualisme mempunyai empat unsur pokok, yaitu :
1.     Dua keadaan yang berbeda dimana sebagian bersifat “superior” dan lainya bersifat inferior.
2.     Kenyataan hidup berdampingan itu bersifat “kronis” dan “bukan tradisional”.
3.     Derajat superioritas atau inferiorita itu tidak menunjukkan kecenderungan yang menurun, bahkan terus menerus.
4.     Keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukkan bahwa keberadaan unsur superior hanya berpengaruh kecil sekali atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali dalam mengangkat derajat unsur inferior.
Teori dualistik masyarakat dari J.H. Boeke:
• Teorinya tentang “dualisme masyarakat” merupakan teori umum pembangunan masyarakat dan pembangunan ekonomi negara terbelakang yang terutama didasarkan pada hasil kajiannya terhadap perekonomian Indonesia.

• Tiga ciri manusia: semangat sosial, bentuk organisasi, dan teknik yang mendominasinya.
• Dua sistem sosial yang sangat berbeda, namun berdampingan. Sistem sosial yang satu tidak dapat menguasai yang lainnya, secara sepenuhnya.
• Kritik atas teori Boeke:
(1) keinginan tidak terbatas,
(2) buruh lepas bukan tidak terorganisasi,
(3) mobilitas penduduk,
(4) dualisme bukan khas ekonomi terbelakang,
(5) dapat diterapkan pada masyarakat Barat,
(6) bukan suatu teori tetapi deskripsi,
(7) peralatan teori ekonomi Barat dipakai di masyarakat Timur,
(8) tidak memberikan pemecahan terhadaap masalah pengangguran.
Teori dualistik teknologi dari Benyamin Higgins:
• Dualisme teknologi berarti penggunaan berbagai fungsi produksi pada sektor maju dan sektor tradisional dalam perekonomian terbelakang.
• Higgins membangun teorinya di sekitar dua barang, dua faktor produksi dan dua sektor dengan kekayaan faktor dan fungsi produksinya.
• Sektor industri vs non industri, perbedaan produktivitas disebabkan oleh:
(1) modal,
(2) penggunaan penggetahuan,
(3) organisasi.
• Kritik atas teori Higgins:
(1) koefisien tidak tetap di sektor industri,
(2) harga faktor tidak tergantung pada kekayaan faktor,
(3) mengabaikan faktor kelembagaan,
(4) mengabaikan penggunaan teknik penyerap buruh,
(5) besarnya dan sifat pengangguran tersembunyi tidak jelas.
Teori dualistik finansial dari Mynt:
• Pasar uang terorganisir vs non terorganisir
• Sektor industri dan pertanian
• Bunga tinggi, rentenir, tuan tanah, sistem ijon, pedagang perantara, dsb.
Dualisme Regional:
• Ketidakseimbangan tingkat pembangunan antara region atau daerah karena penggunaan modal.
• Ketidakseimbangan antar kota.
• Ketidakseimbangan antara pusat dan daerah.

TEORI MYRDAL MENGENAI DAMPAK BALIK
Menurut Gunnar Myrdal, dalam teorinya, jika dilakukan pembangunan ekonomi dalam suatu negara, akan muncul 2 faktor, yaitu pertama : memperburuk keadaan ekonomi bagi daerah miskin yang disebut dengan backwash effects dan kedua : mendorong daerah miskin menjadi lebih maju  disebut dengan spread effects/trickle-down effects.
Pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab-menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin terhambat. Dampak balik (backwash effects) cenderung membesar dan dampak sebar (spread effects) cenderung mengecil. Secara kumulatif kecenderungan ini semakin memperburuk ketimpangan internasional dan menyebabkan ketimpangan regional diantara negara-negara terbelakang.
Tesis Myrdal : membangun teori keterbelakangan dan pembangunan ekonominya di sekitar ide ketimpangan regional pada taraf nasional dan internasional.
• Ketimpangan regional: berkaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba.
• Ketimpangan internasional: perdagangan internasional mungkin mempunyai dampak surut yang kuat pada negara terbelakang.
Teori Pembangunan Ekonomi Fei-Ranis
• John Fei dan Gustav Ranis dalam “A Theory of Economic Development” menelaah proses peralihan yang diharapkan akan dilewati suatu negara terbelakang untuk beranjak dari keadaan stagnasi ke arah pertumbuhan swadaya.
• Merupakan penyempurnaan dari teori Lewis mengenai persediaan buruh yang tidak terbatas.
• Teori Fei-Ranis: Suatu negara yang kelebihan buruh dan perekonomiannya miskin sumberdaya, sebagian besar penduduk bergerak disektor pertanian di tengah pengangguran yang hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Ekonomi pertaniannya mandeg. Di sana terdapat sektor industri yang aktif dan dinamis. Pembangunan terdiri dari pengalokasian kembali surplus tenaga kerja pertanian yang sumbangannya terhadap output nol, ke industri dimana mereka menjadi produktif dengan upah yang sama.
• Asumsi yang digunakan:
(1) ekonomi dua-muka yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional yang mandeg dan sektor industri yang aktif,
(2) output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan buruh saja,
(3) di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal, kecuali reklamasi,
(4) penawaran tanah bersifat tetap,
(5) kegiatan pertanian ditandai dengan hasil (return to scale) yang tetap dengan buruh sebagai faktor variabel,
(6) produktivitas marginal buruh nol,
(7) output sektor industri merupakan fungsi dari modal dan buruh saja,
(8) pertumbuhan penduduk sebagai fenomena eksogen,
(9) upah nyata di sektor pertanian dianggap tetap dan sama dengan tingkat pendapatan  nyata sektor pertanian,
(10) pekerja di masing-masing sektor hanya mengkonsumsikan produk-produk pertanian.

Berdasar asumsi tersebut, telaah pembangunan ekonomi surplus-buruh menjadi 3 tahap:
(1) para penganggur tersamar, dialihkan dari pertanian ke industri dengan upah institusional yang sama,
(2) pekerja pertanian menambah keluaran pertanian tetapi memproduksi lebih kecil  daripada upah institusional yang mereka peroleh,
(3) buruh pertanian menghasilkan lebih besar daripada perolehan upah institusional.
• Penilaian: keunggulan pokok dari teori ini adalah bahwa ia menunjukkan arti  penting produk pertanian di dalam menghimpun modal di negara berkembang.
• Kritik:
(1) asumsi persediaan tanah tetap, tapi dalam jangka panjang sebenarnya berubah
(2) asumsi upah institusional tetap yang lebih tinggi dari MPP, padahal tidak,
(3) asumsi upah institusional di sektor pertanian adalah tetap,
(4) asumsi tentang model atau ekonomi tertutup,
(5) komersialisasi pertanian menjurus ke inflasi,
(6) MPP bukan nol.


DAFTAR PUSTAKA
Jhingan.EKONOMI PEMBAMGUNAN DAN PERENCANAAN.1992.Jakarta: Rajawali pers.
Mahyudi, Ahmad. EKONOMI PEMBAMGUNAN & ANALISIS DATA EMPIRIS.2004.Bogor : Graha Indonesia.
Sukirno, sadono. EKONOMI PEMBAMGUNAN.2007.Jakarta: Prenada Media Group.
Rismayadi, budi. EKONOMI PEMBAMGUNAN  Millis  Perkuliahan .http://budirismayadi.tripod.com/materi.html.
Sultan. TEORI EKONOMI PEMBAMGUNAN. http://sultanblack.blogspot.com/2009/03/teori-ekonomi-pembangunan.html